Saat puasa aku hanya mendengar gunjingan-gunjingan akan terjadi perpisahan. Aku pikir hanya isu saja dan berita yang cukup panas mengisi bulan puasa, bagi yang menjalankan mungkin. Untuk kali ini, aku menghabiskan Lebaran ku disini saja. Ibukota…kota yang sudah terlanjur saya cintai.
Memang ada sesuatu yang kurang biasa di Lebaran kali ini, yaitu aku tidak melihat sekalipun saat hari itu tiba meskipun semua keluarga besarnya berkumpul. Tapi aku mencoba positif thinking, aku pikir dia hanya liburan bersama keluarganya saja.
Seolah aku dituntut untuk tidak mempercayai ini semua, tapi aku harus bisa menerima. Aku kembali ke masuk ke dalam ruanganku dan tak lama dari itu, dia datang. Aku tau kedatangannya dan sontak aku berlari masuk ke ruanganku untuk menghindar, karena aku betul-betul tidak percaya, serta belum siap dengan kebenaran akan semua cerita itu. Itu saja.
Saat dia masuk aku berusaha untuk tidak melihatnya, aku berusaha untuk tidak mengindahkannya, dan pada akhirnya aku tidak bisa mengelak saat suara itu memanggilku. Dipanggilan pertama aku berusaha untuk tidak mempercayai bahwa dia memanggilku dan berusaha diam seolah tidak mendengarnya, tapi di panggilan kedua tidak ada alasan untuk mengelak, aku datangi dan tak lebih dari 5 detik setelah kami berhadapan (maaf saat itu saya sama sekali tidak berani menatap anda, karena hatiku sudah sangat menangis dengan apa yang sudah aku dengar) dia memelukku.
Demi Tuhan, aku tak sanggup berkata apa-apa lagi saat itu. Aku tidak tau apa yang harus aku katakan. Pelukan terasa sangat hangat sekaligus dingin. Hangat seperti pelukan seorang sahabat, seorang kakak dan juga seorang ibu. Dingin karena aku tau ini untuk kehilangan, perpisahan dan kekecewaan. Yang aku dengar dengan suara yang nyaris hampir tidak terdengar “maaf ya din, sabar ya, aku gak apa-apa kok” dan aku baru bisa menjawabnya di dekat telinganya “ini terlalu cepat mba buat saya, saya belum siap”.
Yang aku maksud belum siap adalah ditinggal dia, karena saat awal aku dengar-berita itu, aku sudah sedikit berpikir pasti dia akan mundur dari singgasana dan juga sosialita ini.
Aku baru saja ingin memulai semuanya. Baru saja akan mulai….. justru saat itu, semua lepas, kosong, berlari….saat aku sangat membutuhkan dia…saat aku merasa nyaman, mulai bahagia dan enjoy dengan hidupku, dia yang mengajarkan ini justru yang mematahkannya, meremuk redamkan semuanya….saat aku baru mulai berdiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar