Kamis, 29 Oktober 2009

KECEWA

Aku bingung setelahnya, banyak yang membicarakan dia, jadi tidak ada bagus-bagusnya lagi sekarang. Dia yang selama ini selalu diagung-agungkan, dibangga-banggakan pada akhirnya telah membuat kecewa berbagai pihak, langsung ataupun tidak. Banyak yang merasakan imbasnya. Dan saat itulah datang, aku sadar bahwa aku telah kehilangan Malaikat itu. Secara pribadi aku sangat terkena imbasnya. Akupun juga kecewa.

Dulu hampir setiap hari aku selalu cerita apa yang aku alami, bercanda, atau sekedar menemani dia menghabiskan sebatang mild di tangannya. Ya dia perokok, dan aku ga bisa mengatakan dia perokok hanya untuk iseng. Tapi udah kearah addict, mengenai ini aku ga ikut campur, ini pribadinya sendiri. Toh aku tak pernah mempermasalahkan dia perokok atau bukan. Jauh sebelum aku kenal pun juga dia sudah merokok..and so what ?? kita ga bisa mengubah seseorang meski kita pengen banget melihat dia menjadi lebih baik. Percuma kalau itu tidak dari penyadaran diri sendiri. Itu saja yang bisa aku bilang disini. Tetapi bila boleh jujur, aku lebih senang melihat jika tanpa itu semua. Tanpa rokok dan drink, dan mudah-mudahan belum sampai terinfeksi drug.

Aku tidak buta

Mungkin memang secara manusiawi dia cukup wajar untuk diperbincangkan. Sikap dan perbuatannya mungkin. Nongkrong di cafe bersama teman-teman yang sedikit banyak juga aku kenal, tapi entah kenapa aku kurang begitu respect dengan temen-temannya itu. Perokok, dugem, tak jarang alcohol, mungkin..aku tidak tau. Atau masalah yang sedang dihadapinya sekarang. Yang sepertinya telah berhasil dengan sukses membuat semua pihak KECEWA. Entahlah, aku tidak mau pusing dengan semua itu. Karena aku sudah pusing akut disini. Toh kebiasaan itu sudah lama dia jalani sebelum dia menjadi sosok Malaikat bagiku. Jadi aku menghormatinya, dan merasa nyaman bukan karena semua yang baik dalam dirinya. Sekalipun, dia tidak pernah mempengaruhi aku. Tetapi semua memang seimbang dimataku, semua yang dia lakukan untukku. Entah kenapa dan mengapa, aku tidak tau. Dia selalu ada saat aku memerlukan dan orang acuh terhadapku. Itu yang membuat aku sangat respect. Meskipun aku juga tidak tau apakah itu suatu kebetulan (maaf, aku kurang percaya dengan kebetulan sebenarnya), atau dia melakukan dengan ketepatan waktu, iklas atau tidak, ketidak sengajaan. Aku tidak tau.

Tetapi secara pribadi aku dan dia, aku merasa Tuhan mengirimkan sosok yang lain (baca:Malaikat) pada dirinya. Entah itu apa yang dia lakukan terhadapku iklas atau tidak, sungguh-sungguh atau tidak, aku tidak peduli. Yang aku rasakan aku nyaman dan menjadi lebih baik ketika bertatap dengannya. Aku mengatakan dia baik, dia Malaikat itu hak aku. Ini hidup aku. Bahkan menurutku tidak ada satupun Malaikat yang sempurna, andai itu ada, bukannya justru akan sangat membosankan??... jadi meski terlihat perfect pasti ada buruk dan kelemahannya juga. Dan aku bisa menerima itu semua secara sadarku, meski dia tidak pernah memperhatikannya.

Aku tidak tau, hanya berandai2 saja. Andai saat itu dia meninggalkan keluarga karena adanya orang ketiga, atau karena materi atau karena memang cinta-nya telah datang atau apa?? itu sama sekali bukan urusanku. Itu hak dia. Dan semoga dia tidak memiliki pemikiran untuk meninggalkan kedua buah hatinya. Bagaimanapun dia tetep seorang ibu. Sekali lagi aku ga ada hak dan aku juga ga mau ikut campur. Aku harus bisa memilah-milah dan tidak ingin mencoba masuk ke dalam kehidupan yang sangat pribadi dan sepertinya dia tidak ingin membebankannya pada orang lain termasuk aku. Karena dia tau persis sejak kejadian itu aku sangat shock, dan tak jarang dia minta maaf untuk itu semua. Dan dengan sadar aku juga akan mengatakan secara logika, apa yang sudah dia lakukan terhadap keluarganya, itu salah, dengan dalih apapun. Tapi ya sudah, itu sudah terjadi, itu suatu keputusan.

Sebulan berlalu sudah, aku tetap menjalankan rutinitas ku. Makan, minum, bekerja, kebut2an, membaca, browsing2, dan setiap detil yang biasa aku lakukan tetap aku lakukan. Tapi bedanya, saat ini aku betul-betul hanya menjalankan tanpa ada Esensi yang berpengaruh, semua datar dan getir.

Tiap kali aku ingin tidur dan bangun, aku merasa mataku basah. Entah apa sebabnya, aku masih belum bisa menerima jauh dari dia, seperti ketergantungan untuk mendengar kata-kata dan nasehatnya. Pembelaannya untukku dan entah apa lagi. Aku menangis, tanpa bisa pernah aku tahan.

Badanku sakit semua, pikiranku kosong-habis-sakit pula.

Justru dengan kejadian ini, aku merasa sadar aku sudah jauh dengan Tuhan. Aku menjadi bisa dekat kembali dengan Tuhan, curhat denganNYA… tetapi setiap aku mengatupkan tangan dan mulai berbicara padaNya…sesering itu juga air mata ini menetes tanpa aku minta..dan aku tak bisa menahannya dengan alasan apapun.

Bahkan aku pernah hingga tidak bisa melanjutkan obrolanku bersama Tuhan, karena mendadak sangat lemah kekuatan tanganku untuk mengatup dan kepalaku yang sudah sangat berat. Aku sendiri. Dan kerjaku hanya bengong sepanjang waktu, gak fokus, menangis, karena masih melihat bayang-bayang di setiap tempat itu. Jujur badanku sakit semua tanpa tau sebabnya, otakku sangat lelah meski sudah berusaha untuk berhenti, hatiku lelah meski aku sudah berusaha berlari, bahkan secara materi udah habis-habisan juga hanya untuk mengesampingkan pikiran itu. Dari tempat satu ke tempat lain, tiap hari selalu ingin have fun saja. Tabungan habis. Tapi setelahnya, apa yang aku rasa saat sendiri? Aku lelah, letih, capek dan kembali lagi…..sakit, menangis, bengong, kosong. Mungkin aku belum siap kehilangan dan mendadak jauh dari seseorang yang selalu mengayomiku.

Pada akhirnya aku sadar ini justru berdampak pada pekerjaan dan orang-orang disekitarku. Ini sangat tidak adil. Sama sekali tidak fokus. Dan ini bukan aku, bukan diri aku.

Mungkin ada yang perlu semua orang tau dan aku garis bawahi, ini semua bukan karena semata2 hal ikhwal perpisahannya saja, atau anak-anaknya yang sangat-sangat membutuhkan dia di usianya yang masih terbilang kecil. Bukan itu, sama sekali bukan, justru aku tidak mau terhanyut dengan itu. Untuk urusan perpisahannya dengan suaminya ataupun anak-anaknya aku yakin ini semua akan ada perjalanannya lagi.

Tapi ini secara pribadi, aku kehilangannya secara individu. Seorang sahabat hati. Itu saja. Bukan karena masalah pribadinya dan yang terselubung di dalamnya. Aku tidak paham.

Tidak ada komentar: