Jumat, 27 November 2009

LOST in LIFE

--- Kehilangan orang yang masih ada itu lebih menyakitkan daripada kehilangan orang yang sudah tidak ada. --- (on my mind, dean, 25.11.09.)

Ini sudah beberapa minggu setelah kepulangan ku untuk me-refreshing-kan pikiran, hati dan otakku. Dengan waktu yang sangat singkat kemaren aku maksimalkan usahaku untuk pemulihan, ya hanya 4 hari aku dirumah, bertemu dengan hamparan sawah yang sangat sejuk, sungai, orang tua, keponakan2, kakak, sahabat-sahabatku yang sangat istimewa.

Disana, sengaja tujuanku bertemu dengan sahabat ku yang tak lama lagi akan menjadi seorang Pastor. Saya yakin dia salah satu jalan yang bisa membuat aku tenang, therapist pada akhirnya kusebut dia. Dia banyak memberi pembelajaran untuk terapi hati dan juga kesabaran. Saya menggunakan waktu yang cukup singkat itu untuk bertemu dan mengunjungi tempat2 yang bisa membuat aku tenang, meski hanya sebentar. Ada satu tempat yang sangat nyaman, Makam alm. Eyang putri ku. Ya disanalah tempatnya.

Dalam hidup sebelum ini, kehilangan yang “sangat” adalah saat aku kehilangan Eyang. Aku kehilangan semangat, bahkan untuk hidup, aku sudah malas. Eyang yang sangat bisa mengerti aku. Aku shock dan selalu menangis hingga berminggu2, bahkan aku sudah tidak ingin lagi kembali ke Jakarta andai aku tidak mau menepati janji ku sebelum Eyang meninggal. Aku harus kembali untuk menyelesaikan janji itu. Apapun yang terjadi aku harus lulus kuliah ku dengan bekerja. Itu janjiku. Dan janji itu sudah aku tepati sekarang. Meski aku belum sempat bisa menaikkan Eyang kereta api Blitar-Jakarta yang eksekutive. Aku yakin Eyang sudah merasa cukup dengan kelulusanku dan pekerjaanku.

Aku sangat sedih dengan meninggalnya Eyang waktu itu. Aku rasa aku belum pernah sekehilangan itu, dan hidupku kosong. Tetapi semua berlalu, lambat laun aku bisa menerima kepergian Eyang. Eyang sudah meninggal, itu nyatanya. Awalnya memang aku merasa gak mungkin aku sanggup untuk berjuang. Tetapi aku salah. Aku bisa dan aku berhasil.

Dan sekarang yang membuat aku kembali jatuh dan kosong adalah saat aku merasa sangat nyaman dengan sosok orang ini, dia masih bernafas, melakukan kegiatannya, dia masih nyata, tetapi aku tidak bisa atau dengan kata halusnya “susah setengah mati” hanya untuk bisa sekedar bertemu saja. Aku masih berada dalam dimensi dan ruang yang sama, hanya mungkin dalam proses yang berbeda. Kenapa aku merasa sangat kehilangan? Seperti yang sudah aku bikin dengan kata2 yang melayang-layang kian kemari di otakku. kehilangan orang yang masih ada itu lebih menyakitkan daripada kehilangan orang yang sudah tidak ada”.

Tetap saja, bila ditanya hingga saat ini “kenapa?bagaimana?karena apa?” jawab ku tetap “tidak tau”. Aku hanya merasa oleng (baca: hilang keseimbangan) luar biasa, kangen setengah mati. Dia bukan sosok yang luar biasa bagi orang lain, mungkin bagiku pun juga tidak. Hanya ada kata “aku nyaman“ ada dia. Terserah orang lain berkata A,B,C,D itu hak mereka.

Saat ingin melakukan perjalanan pulang aku sempat down lagi dengan janjinya tepat sehari sebelumnya. Saat aku merasa bersemangat untuk pemulihan ini, lagi-lagi dia membuat aku down lagi, dengan membatalkan pertemuannya hanya beberapa jam sebelum perjalananku. Aku kaget, aku tidak siap lagi, dan aku kosong. Itu yang aku rasakan. Aku sontak menangis di tempat kecil dimana aku selalu ngobrol dengan Tuhan, aku menangis. Semangat itu bahkan berbalik 180’ dari semalam sebelumnya.

Aku mulai ragu lagi untuk melanjutkan perjalanan pulang ini. Tetapi Puji Tuhan, banyak sekali orang-orang yang masih menyayangi aku, sehingga aku tetap melakukan perjalanan ini. (terima kasih kepada semua pihak yang byk membantu saya). Pikiranku benar-benar kosong di sepanjang perjalanan, bahkan saya tidak sedikitpun berbicara dengan orang yang berada di sebelaku. Hanya terus memandangi ponselku, sesekali ber-sms dengan sahabat-sahabat ku yang sudah menunggu disana, sambil mengingat kata teman semalam sebelumnya “Din, lo boleh terpuruk, tapi jangan sampai lo terkubur. Lo harus lanjutin perjalanan ini. Gue dukung sepenuhnya elo dan gue percaya didiri elo, everything will be better). Ya aku ga boleh terkubur oleh semua ini. Toh pada akhirnya dia pun juga banyak memberikan dukungan meski aku memintanya lebih dulu. Dia masih sering mengirimkan message dan juga menelfon aku. Itu juga salah satu therapy buat aku. Therapy suara, itu juga yang di anjurkan oleh teman ku yang tak lama lagi akan menjadi Pastor. Karena saat sejenak aku lupa dengan semuanya dan tertutup dengan suasana yang ada dan tiba-tiba aku mendengar suara lagi, itu adalah hal yang cukup berat. Karena semua memori itu akan datang lagi secara tiba-tiba. Tetapi itu harus dijalani sebagai salah satu pemulihan. (oiya, thx ya buat yang udah mau nganter2 aku disana dan juga anter jemput selama aku disana). Dan dihari terakhir saya disana, tepat 30 menit sebelum aku naik kereta yang akan mengantarkan aku kembali ke Jakarta, aku mendengar ponsel ku bunyi. Dan dia menelfon dari seberang, saat aku tutup ponselku, itu pertama kali aku tidak mengeluarkan air mata saat mendengarnya. (pertama kali dan bukan berarti selanjutnya juga seperti itu, not. Masih sering juga. Dan terima kasih yang sudah menemaniku di stasiun waktu itu, dan terima kasih kepada sahabat-sahabatku disana yang teramat sangat luar biasa…yang dengan sabar menemani aku. Terima kasih untuk banyak hal dan untuk semuanya, terutama untuk semua kebersamaan dan perjalanan kita selama lebih dari 19 tahun ini. Kalian, eh kita memang luar biasa. Wajar kalau kebersamaan kita selalu membuat iri orang lain). Dan untuk theraphist, kata yang akan selalu saya ingat..”untuk membentuk badan yang bagus saja kita harus olahraga dan banyak latihan serta waktu yang cukup. Itu yang kelihatan mata. Apalagi yang tidak bisa kita lihat dengan mata, pasti itu lebih susah dan cukup membutuhkan waktu”

Banyak pembelajaran untuk menerima kenyataan ini sudah banyak aku jalani, mungkin bila diibaratkan makanan, aku sudah berkali-kali muntah karena kekenyangan tanpa ada esensi yang masuk. Atau karena terlalu banyak pembelajaran yang masuk akan penerimaan, kesabaran dan keiklasan aku malah bingung mencerna. Akhirnya perlahan2 setiap hari aku melakukan pelatihan pribadi tanpa banyak orang tau, itu juga sangat susah dan aku masih sering memuntahkannya, hingga aku harus rela merasa sakit lagi dan memuntahkan semuanya, kembali ke awal lagi…dan begitu terus menerus. Dengan keyakinan aku harus bisa. Aku percaya Tuhan masih berkarya di dalam aku, karena Tuhan adalah kebahagiaan tanpa batas bagiku. Dan ini adalah ujiannya untuk yang kesekian kalinya. Aku masih sangat kehilangannya.

Dulu setiap hari bertatap dengannya, meski tanpa sapa. Aku selalu merasa ada yang melindungiku, meski nyatanya dia juga tidak berbuat apa-apa.

Dan bolehlah pertanyaan-pertanyaan ini melintas :

Bagaimana anggapanmu kepada seseorang yang selalu membuat kamu nyaman tanpa dia harus berkata apapun, membuat kamu hangat tanpa balutan apapun, membuat kamu tenang tanpa melakukan apapun, membuat kamu tertawa tanpa canda sedikitpun, membuat kamu bersemangat tanpa menarikmu, membuat kamu terasa ada tanpa tuntutan, membuat kamu bisa membuang emosimu tanpa bisa kamu tolak, mendinginkan egoismu tanpa kepalan tangan, menyejukkan hatimu tanpa minuman. Bagaimana pendapatmu??

Bagaimana menurutmu untuk seseorang yang memungutmu saat kamu merasa terbuang, untuk orang yang dengan hadirnya sanggup membuat jiwamu bersinar, untuk orang yang sanggup memantek dirimu tanpa perlu adanya usaha karena jiwanya telah menyongsong kamu terlebih dulu, untuk orang yang selalu memberikan percikan kesejukan dalam kondisi apapun dimana saat itu jiwamu entah berada di dimensi mana dan dia mampu mengembalikannya, untuk orang yang cukup kamu dengar suara tawanya dan pada akhirnya kamu melupakan semua kepenatan dirimu, untuk seseorang yang tiba-tiba berada disampingmu tanpa kamu sadari saat kamu remuk redam. Bagaimana anggapanmu ??

Dan apa yang bisa kamu perbuat dalam pikiranmu untuk seseorang yang bisa membuatmu damai bukan dari semua kata-kata yang terucap dari mulutnya atau tingkah laku yang baik-baik saja yang dia lakukan, tetapi dari perbuatan dan tindakan yang sangat sederhana tanpa beban yang dia lakukan.

Saat aku kembali sadar, aku sudah menahannya dengan sekuat tenaga, dengan puluhan dari hari-hariku tetapi aku masih belum berhasil. Mataku masih seringkali basah tanpa aku sadari saat bangun dan selalu menjelang tidur. Kepalaku masih sering tiba-tiba pusing saat aku melihat dan mendengar sesuatu yang sepertinya pernah dilalui dan melaluinya. Aku masih terpuruk, dan aku masih berusaha berjalan direl yang memang harus aku lalui. Ini menyakitkan, tetapi bukankah manusia tidak akan merasa apa-apa bila dia tidak melewati hal yang menyakitkan.

Yang membuat aku cukup susah untuk kembali pulih adalah diriku sendiri. Harusnya aku bisa menerima kenyataan akan semua itu. Harusnya aku yakin bahwa dia masih ada dan aku masih bisa bertemu lagi, meski entah kapan…………………..@_@

Kamis, 29 Oktober 2009

KECEWA

Aku bingung setelahnya, banyak yang membicarakan dia, jadi tidak ada bagus-bagusnya lagi sekarang. Dia yang selama ini selalu diagung-agungkan, dibangga-banggakan pada akhirnya telah membuat kecewa berbagai pihak, langsung ataupun tidak. Banyak yang merasakan imbasnya. Dan saat itulah datang, aku sadar bahwa aku telah kehilangan Malaikat itu. Secara pribadi aku sangat terkena imbasnya. Akupun juga kecewa.

Dulu hampir setiap hari aku selalu cerita apa yang aku alami, bercanda, atau sekedar menemani dia menghabiskan sebatang mild di tangannya. Ya dia perokok, dan aku ga bisa mengatakan dia perokok hanya untuk iseng. Tapi udah kearah addict, mengenai ini aku ga ikut campur, ini pribadinya sendiri. Toh aku tak pernah mempermasalahkan dia perokok atau bukan. Jauh sebelum aku kenal pun juga dia sudah merokok..and so what ?? kita ga bisa mengubah seseorang meski kita pengen banget melihat dia menjadi lebih baik. Percuma kalau itu tidak dari penyadaran diri sendiri. Itu saja yang bisa aku bilang disini. Tetapi bila boleh jujur, aku lebih senang melihat jika tanpa itu semua. Tanpa rokok dan drink, dan mudah-mudahan belum sampai terinfeksi drug.

Aku tidak buta

Mungkin memang secara manusiawi dia cukup wajar untuk diperbincangkan. Sikap dan perbuatannya mungkin. Nongkrong di cafe bersama teman-teman yang sedikit banyak juga aku kenal, tapi entah kenapa aku kurang begitu respect dengan temen-temannya itu. Perokok, dugem, tak jarang alcohol, mungkin..aku tidak tau. Atau masalah yang sedang dihadapinya sekarang. Yang sepertinya telah berhasil dengan sukses membuat semua pihak KECEWA. Entahlah, aku tidak mau pusing dengan semua itu. Karena aku sudah pusing akut disini. Toh kebiasaan itu sudah lama dia jalani sebelum dia menjadi sosok Malaikat bagiku. Jadi aku menghormatinya, dan merasa nyaman bukan karena semua yang baik dalam dirinya. Sekalipun, dia tidak pernah mempengaruhi aku. Tetapi semua memang seimbang dimataku, semua yang dia lakukan untukku. Entah kenapa dan mengapa, aku tidak tau. Dia selalu ada saat aku memerlukan dan orang acuh terhadapku. Itu yang membuat aku sangat respect. Meskipun aku juga tidak tau apakah itu suatu kebetulan (maaf, aku kurang percaya dengan kebetulan sebenarnya), atau dia melakukan dengan ketepatan waktu, iklas atau tidak, ketidak sengajaan. Aku tidak tau.

Tetapi secara pribadi aku dan dia, aku merasa Tuhan mengirimkan sosok yang lain (baca:Malaikat) pada dirinya. Entah itu apa yang dia lakukan terhadapku iklas atau tidak, sungguh-sungguh atau tidak, aku tidak peduli. Yang aku rasakan aku nyaman dan menjadi lebih baik ketika bertatap dengannya. Aku mengatakan dia baik, dia Malaikat itu hak aku. Ini hidup aku. Bahkan menurutku tidak ada satupun Malaikat yang sempurna, andai itu ada, bukannya justru akan sangat membosankan??... jadi meski terlihat perfect pasti ada buruk dan kelemahannya juga. Dan aku bisa menerima itu semua secara sadarku, meski dia tidak pernah memperhatikannya.

Aku tidak tau, hanya berandai2 saja. Andai saat itu dia meninggalkan keluarga karena adanya orang ketiga, atau karena materi atau karena memang cinta-nya telah datang atau apa?? itu sama sekali bukan urusanku. Itu hak dia. Dan semoga dia tidak memiliki pemikiran untuk meninggalkan kedua buah hatinya. Bagaimanapun dia tetep seorang ibu. Sekali lagi aku ga ada hak dan aku juga ga mau ikut campur. Aku harus bisa memilah-milah dan tidak ingin mencoba masuk ke dalam kehidupan yang sangat pribadi dan sepertinya dia tidak ingin membebankannya pada orang lain termasuk aku. Karena dia tau persis sejak kejadian itu aku sangat shock, dan tak jarang dia minta maaf untuk itu semua. Dan dengan sadar aku juga akan mengatakan secara logika, apa yang sudah dia lakukan terhadap keluarganya, itu salah, dengan dalih apapun. Tapi ya sudah, itu sudah terjadi, itu suatu keputusan.

Sebulan berlalu sudah, aku tetap menjalankan rutinitas ku. Makan, minum, bekerja, kebut2an, membaca, browsing2, dan setiap detil yang biasa aku lakukan tetap aku lakukan. Tapi bedanya, saat ini aku betul-betul hanya menjalankan tanpa ada Esensi yang berpengaruh, semua datar dan getir.

Tiap kali aku ingin tidur dan bangun, aku merasa mataku basah. Entah apa sebabnya, aku masih belum bisa menerima jauh dari dia, seperti ketergantungan untuk mendengar kata-kata dan nasehatnya. Pembelaannya untukku dan entah apa lagi. Aku menangis, tanpa bisa pernah aku tahan.

Badanku sakit semua, pikiranku kosong-habis-sakit pula.

Justru dengan kejadian ini, aku merasa sadar aku sudah jauh dengan Tuhan. Aku menjadi bisa dekat kembali dengan Tuhan, curhat denganNYA… tetapi setiap aku mengatupkan tangan dan mulai berbicara padaNya…sesering itu juga air mata ini menetes tanpa aku minta..dan aku tak bisa menahannya dengan alasan apapun.

Bahkan aku pernah hingga tidak bisa melanjutkan obrolanku bersama Tuhan, karena mendadak sangat lemah kekuatan tanganku untuk mengatup dan kepalaku yang sudah sangat berat. Aku sendiri. Dan kerjaku hanya bengong sepanjang waktu, gak fokus, menangis, karena masih melihat bayang-bayang di setiap tempat itu. Jujur badanku sakit semua tanpa tau sebabnya, otakku sangat lelah meski sudah berusaha untuk berhenti, hatiku lelah meski aku sudah berusaha berlari, bahkan secara materi udah habis-habisan juga hanya untuk mengesampingkan pikiran itu. Dari tempat satu ke tempat lain, tiap hari selalu ingin have fun saja. Tabungan habis. Tapi setelahnya, apa yang aku rasa saat sendiri? Aku lelah, letih, capek dan kembali lagi…..sakit, menangis, bengong, kosong. Mungkin aku belum siap kehilangan dan mendadak jauh dari seseorang yang selalu mengayomiku.

Pada akhirnya aku sadar ini justru berdampak pada pekerjaan dan orang-orang disekitarku. Ini sangat tidak adil. Sama sekali tidak fokus. Dan ini bukan aku, bukan diri aku.

Mungkin ada yang perlu semua orang tau dan aku garis bawahi, ini semua bukan karena semata2 hal ikhwal perpisahannya saja, atau anak-anaknya yang sangat-sangat membutuhkan dia di usianya yang masih terbilang kecil. Bukan itu, sama sekali bukan, justru aku tidak mau terhanyut dengan itu. Untuk urusan perpisahannya dengan suaminya ataupun anak-anaknya aku yakin ini semua akan ada perjalanannya lagi.

Tapi ini secara pribadi, aku kehilangannya secara individu. Seorang sahabat hati. Itu saja. Bukan karena masalah pribadinya dan yang terselubung di dalamnya. Aku tidak paham.

Rabu, 21 Oktober 2009

My BIRTHDAY

Jakarta, My lovely bedroom

Oktober 20, 2009

2 hari yang lalu adalah hari ulang tahunku yang ke 25. Tak terasa waktu sudah berjalan begitu cepat. Tetapi aku merasa belum pernah melakukan apa-apa yang berarti, buat orang tuaku, orang-orang disekitarku, dan mungkin egois, juga untuk diriku sendiri.

Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak atas semua ucapan dari orangtua, saudara, kakak-adik, teman, sahabat, kenalan, dan semuanya saja.

Terima kasih atas perhatian anda, yang kurang lebih ada sekitar 137 ucapan di Facebook melalui wall, ada 7 ucapan melalui inbox Facebook, juga ada yang masih sempat di email pribadi sebanyak 2 orang, di Friendster (maaf saya belum sempat membalasnya disini, sudah jarang buka), ada (saya lupa, ± 13 telepon) dan juga 41 sms. Terima kasih sekali lagi atas perhatian anda semua. Terima kasih atas keluarga besar atasan saya di kantor yang juga bersamaan membuat acara mancing bersama dengan keluarga besarnya. Saya senang, meski sedikit kurang bisa menikmatinya, karena pikiran saya masih sangat kacau. Tetapi I swear, saya senang sekali dengan acara mancing ini, setidaknya bersama anak2 kecil yang lucu-lucu untuk menghibur kegundahan saya. Dan mungkin anda adalah keluarga lain saya disini. Terima kasih juga atas semua perhatiannya.

Dan terlebih untuk seorang yang saya tunggu kemaren untuk memberikan ucapan, dan ternyata sudah mengirimkan di FB dan juga sms.

Special thx for Ur short message service-nya: 18-10-2009, 11:52:12 Happy birthday my dear… Selalu, setiap saat, ketika dirimu datang dihadapanku doa yg paling baik diberikan untuk mu.. Wish u all the best.. Btw.. udah kirim dif b jg dean.. tdnya mau sms kalau ga semalem jam 12, atau nanti malam jam 7 an.. Krn kalau skrg pasti lg byk yg kirim.. Jd krg special.. Hehe..”

Dan tadi pagi kembali mendengar suaranya lewat signal2 handphone setelah lama tidak mendengarnya…sorry atas air mata anda yang sudah terjatuh, meski saya tidak bisa melihatnya saya bisa mendengar dan merasakannya. Saya tidak sekuat yang anda dan banyak orang pikirkan, saya pun juga bisa menangis dengan bebasnya dan saya juga bisa sedih. Saya hanya manusia biasa. I miss U so much Miss…

Senin, 05 Oktober 2009

PERPISAHAN

Saat puasa aku hanya mendengar gunjingan-gunjingan akan terjadi perpisahan. Aku pikir hanya isu saja dan berita yang cukup panas mengisi bulan puasa, bagi yang menjalankan mungkin. Untuk kali ini, aku menghabiskan Lebaran ku disini saja. Ibukota…kota yang sudah terlanjur saya cintai.

Memang ada sesuatu yang kurang biasa di Lebaran kali ini, yaitu aku tidak melihat sekalipun saat hari itu tiba meskipun semua keluarga besarnya berkumpul. Tapi aku mencoba positif thinking, aku pikir dia hanya liburan bersama keluarganya saja.

Hari pertama masuk kerja lagi, ternyata aku harus tersentak dengan kebenaran cerita itu. Dia menggugat cerai suaminya. Aku betul-betul tidak tau apa penyebabnya saat itu. Antara percaya dan tidak percaya. Itu Pasti. Seseorang yang selalu menganggap suaminya adalah yang terhebat, yang harus selalu didengar dan suami yang selalu dibanggakan pada akhirnya dia juga yang menggugat untuk pisah. Aku terduduk, aku terdiam, dan untuk menutupi kegelisahan atas berita itu, aku keluar kantor sebentar untuk menenangkan diri dan pikiranku. Kalut dan kacau.

Seolah aku dituntut untuk tidak mempercayai ini semua, tapi aku harus bisa menerima. Aku kembali ke masuk ke dalam ruanganku dan tak lama dari itu, dia datang. Aku tau kedatangannya dan sontak aku berlari masuk ke ruanganku untuk menghindar, karena aku betul-betul tidak percaya, serta belum siap dengan kebenaran akan semua cerita itu. Itu saja.

Saat dia masuk aku berusaha untuk tidak melihatnya, aku berusaha untuk tidak mengindahkannya, dan pada akhirnya aku tidak bisa mengelak saat suara itu memanggilku. Dipanggilan pertama aku berusaha untuk tidak mempercayai bahwa dia memanggilku dan berusaha diam seolah tidak mendengarnya, tapi di panggilan kedua tidak ada alasan untuk mengelak, aku datangi dan tak lebih dari 5 detik setelah kami berhadapan (maaf saat itu saya sama sekali tidak berani menatap anda, karena hatiku sudah sangat menangis dengan apa yang sudah aku dengar) dia memelukku.

Demi Tuhan, aku tak sanggup berkata apa-apa lagi saat itu. Aku tidak tau apa yang harus aku katakan. Pelukan terasa sangat hangat sekaligus dingin. Hangat seperti pelukan seorang sahabat, seorang kakak dan juga seorang ibu. Dingin karena aku tau ini untuk kehilangan, perpisahan dan kekecewaan. Yang aku dengar dengan suara yang nyaris hampir tidak terdengar “maaf ya din, sabar ya, aku gak apa-apa kok” dan aku baru bisa menjawabnya di dekat telinganya “ini terlalu cepat mba buat saya, saya belum siap”.

Yang aku maksud belum siap adalah ditinggal dia, karena saat awal aku dengar-berita itu, aku sudah sedikit berpikir pasti dia akan mundur dari singgasana dan juga sosialita ini.

Perpisahan, perceraian atau apalah namanya….sebenarnya juga aku kurang tertarik untuk mengurusinya. Jikalau aku ada di dalamnya, mutlak bukan karena inginku. Aku sangat shock, sangat!!! Aku terpukul!!

Dia adalah wanita dengan usia 39 tahun, dulu aku pernah bekerja padanya, seorang yang selama ini sangat aku hormati, aku panut dan banyak hal yang bisa membuat aku nyaman dan merasa hidup dan memiliki semangat lagi.

Dia selalu ada saat aku perlu, dia selalu ada saat aku down, dia selalu memberi semangat padaku saat aku malas, dia yang selalu siap menunggui aku saat aku menangis sampai berhenti air mata itu keluar dan setelah itu berkata dengan menepuk bahuku “mau cerita apa hanya mau ditemani saja, keluarkan semua air matanya, gapapa”, dia yang selalu men-support aku, dia satu2nya orang yang mampu menghentikan langkah nekad ku untuk kembali ke kota asalku hanya karena aku gagal dalam mencapai impianku saat yang lain tidak bisa menghentikannya, dia yang menguatkan aku, dia, dia dan dia. Entah itu tepat waktunya, kebetulan atau apa, aku tidak tahu. Nasihat dan kata2 nya yang selalu meredakan semua emosiku. Aku merasa nyaman saat ada dia, meski pun dia ga perlu berkata apa-apa dan tidak perlu berbuat apa-apa.

Aku baru saja ingin memulai semuanya. Baru saja akan mulai….. justru saat itu, semua lepas, kosong, berlari….saat aku sangat membutuhkan dia…saat aku merasa nyaman, mulai bahagia dan enjoy dengan hidupku, dia yang mengajarkan ini justru yang mematahkannya, meremuk redamkan semuanya….saat aku baru mulai berdiri.

Jumat, 10 Juli 2009

TEMAN


2008


Teman adalah yang menyerta

Saat ngilu dan nyeri terasa

Menancap dalam jiwa, merasuk sukma dan menarik nadi

Teman adalah bayangan 1001 malam

Malam seribu bintang

Terang yang paling terang

Dengan keindahan yang ada

………....mati ide lanjutannya ?!?!?!?!?!?!?





Jumat, 19 Juni 2009

SIAL ?!?!?!?!??!!!!!!

Kenangan zaman SMA (II-2..i love u lah )

Senin, 4 september 2000


Walah, udah siang. Jadi ketauan Dean bangun kesiangan nich. Udah hampir jam 6 teng. Mau bangun pagi apa bangun siang tetep aja adatnya Dean lanjut, tempat tidurnya ga pernah diberesin. Apalagi kalau kesiangan gini, alasan yang sangat tepat untuk menghindar. Ujung-ujungnya nyokapnya lagi yang beresin tempat tidurnya.

Udah jelas telat, adiknya itu nambah-nambahin keselnya, lelet banget pake seragam aja. Mau ditinggalin pasti diomelin, kalau ditungguin Dean telat. Padahal sebenernya ga satu tempat. Dean SMA kearah utara, adik nya masih SD ke arah selatan, cuma bareng mau diseberangin jalan doang tuch.

Maklum, ini hari Senin, ada upacara bendera (walah, masa upacara pemakaman). Nah, masalahnya kalau hari Senin itu, angkutan umum pasti penuh, taulah anak-anak yang pada nge-kost sabtunya pulang, senin pada balik lagi. Kecuali kalau angkutan yang gak umum (nebeng maksudnya). “Ya ampun” pikirnya. Udah angkutan penuh semua, lama, pas dapet kena tariff baru pula dari 200 perak jadi 300 perak. Gondok ga sich?.

Jam 07.00 bel berkumandang dengan nyaring-nya, lagu Happy Birthday (gila bel sekolah udah SMA tetep aja mulai dari SD lagunya). Untung aja begitu bel terdengar Dean udah selesai ngerjain PR Fisika-nya dari Pak Suroto (nulisnya harus githu, kalau salah bisa salah orang ntar, soalnya namanya pasaran di sekolah itu. Ada 3 guru yang namanya sama, hehe), nah sedang yang lain temen-temennya masih pada bingung, soalnya belum pada selesai (kalau masalah gini mah lupa mana temen mana bukan, yang penting siapa cepat dia dapat). Mau ga mau harus keluar semua menuju lapangan upacara. Nurul alias “borju” jalan dengan santai sambil ngliatin anak-anak yang sudah berhamburan keluar dan mendahuluinya, ga sengaja Vita nginjek kakinya dan spontan “bangsat”. Ya untuk kali ini Vita harus dengan lapang dada menerima kata-kata itu.

Di lapangan. Seperti biasa, Nurul”borju”, Esti, Ida”ableh”, Arik, Febri”tember” selalu bikin gaduh barisan. Dan yang pasti Dean. Ya iyalah dia kepala sukunya. Dan seperti adat setiap selesai Upacara itu ada pengumuman. Udah tambah lagi sialnya, Dean kena juga harus kumpul OSIS di Aula.

huh, yang ngumpulin kenapa sich ga cepet-cepet yang diomongin. Panjang lebar ga karuan. Mana jam pertama Fisika lagi” gerutu Dean kepada temen-temen yang ada disekitarnya. “ kalau ga masuk jam pertama rugi banget nich”. “ Lho emang kenapa Din?” tanya Maya. “hehe, rugi dong. Tadi udah capek-capek ngerjain PR Fisika..hehe”. “Ow, dasar cah stress” kata Maya lagi. Ya iyalah, jarang-jarang Dean ngerjain PR mpe selesai tepat waktu githu, yang sering itu dia ngerjain temen-temennya.

Selesai pertemuan OSIS, Dean dan temen-temen sekelasnya yang juga tergabung dalam OSIS masuk kelas. Wah gawat, tampang Pak Roto udah sangar banget. Ya untunglah masih diperbolehkan masuk, meski waktu tinggal 10 menit lagi. 10 menit tak disia-siakan Dean untuk tidur, toh PR nya udah selesai dibahas, Angela teman sebangkunya cuma geleng-geleng aja. Udah tau kelakuan sobatnya yang agak saraf itu. Begitu bangun, lhah gurunya udah ganti. Asal kalian perhatiin aja, kalau pas zamannya eh, waktunya pelajaran Bahasa Indonesia oleh Bapak Djuni Dwantoro (nulisnya harus bener) semua harus membuka lebar matanya (kecuali yang udah ga nahan ngantuknya, tapi kayanya untuk parasiswa cewek pasti dengan senang hati kok, habis orangnya ganteng, berwibawa dan gagah, lhoh?? ) daripada kena motivasi klo kelihatan ngantuk (Pak Djuni memakai istilah motivasi untuk mengganti kata sangsi, biar sedikit ga nakutin…..padahal malah nakuuuutin banget kalau sampai kena), jadi Dean mending rela membuka matanya daripada kena motivasi itu, kalau sampai kena, wah gawat, bisa hancur pamor-nya. Hehe..

Jam demi jam berlalu, ini dia pas jam bersejarah (bersejarah ya, bukan sejarah). Biologi. 2 minggu terakhir guru inti kelas Dean, Bu Tutik namanya diganti dengan guru dari kelas lain ( bu Nining namanya ) karena Bu Tutik jatuh sakit. Bu Nining ini udah familiar sama kelas Dean, karena pas kelas 1, beliau yang mengajar kelas Dean, Biologi. Di tengah-tengah bu Nining menerangkan, anak-anak barisan bangku paling belakang ramai sendiri (biasalah, cowok-cowok itu ga pernah merhatiin, kasihan ga tuch guru…dan hamper semua guru kayanya bernasib sama…Maaf ya bu/pak). Nah, Ida, Angela Dean pun ga ketinggalan. Saat lagi asyik-asyiknya cerita, tanpa disadari ada suara dari depan Angela dan sebelahnya (ini Dean maksudnya), terus bangku depannya juga (Esti dan Ida) maju ke depan. Ganti kamu sekarang yang menerangkan, Cepat!“. Kasihan banget si Esti, dia harus ikut menerima hukuman karena perbuatan “keji” teman-temannya itu. Dean bingung tuch, ga ngerti apa yang harus dijelasin. Materinya apa juga ga ngerti. Ya mau ga mau maju juga satu persatu dengan gayanya masing-masing, ditambah Thutut dan Bagus yang duduknya paling belakang dan suaranya paling keras kalau lagi ngobrol. Waduh, udah selesai maju, bu Nining nya ga berhenti-henti lagi ngomelnya…sampai jam pelajaran selesai. Walah, ga capek bu marah-marahnya, hehe. Itu anak-anak aja yang tinggal dengerin aja pada capek.

Kontan saja Angela, Ida, Esti langsung menyerang Dean. Maklum Dean tadi emang yang mengawali ngajak cerita. Dan terlihat banget yang paling ga terima Esti, soalnya dia tadi itu ga ikut-ikutan ngobrol, tapi dia menyimak abis buku panduan Biologi nya (ssstt, jangan bilang-bilang klo ternyata di dalemnya ada novelnya), tapi dia disuruh maju juga. Apes…. Apes .


Hai sob, sorry ya. Kelakuan ku emang selalu githu. Ga selesai2 slenge’annya. But I miss U all so much lah pokoknya…. BTB in yours. Tapi tenang, kalian akan aman bersamaku. Ga bakal ada yang berani ganggu..hehehe….—