Rabu, 28 Januari 2009

DIA TETAPLAH DIA


Ulang tahun terkadang seperti halnya suatu hal yang sacral dalam hidup. Hari yang selalu banyak dinanti oleh tiap orang. Satu tanggal dan bulan yang sama dalam setiap tahun, yang ingin dimaknai secara indah, seperti halnya tahun baru yang mengharuskan orang berbondong-bondong untuk melihat pesta kembang api di suatu titik tertentu, di setiap belahan dunia manapun.

Waktu kecil, aku selalu berharap dapat kado istemewa dari kedua orang tua ku, tapi itu jarang kudapat. Karena mereka selalu memberikan kado yang terlampau Istimewa, bahkan sampai mati pun aku tidak akan pernah bisa mendapatkan dari orang lain, yaitu ketulusan Kasih sayang dan cinta kasihnya..Itu yang selalu aku dapat setiap tahun berganti. Bukan suatu kado yang dibungkus oleh derai pita atau sejenisnya. Karena aku sadar, kedua orang tuaku jarang memiliki rejeki berlebih untuk bisa membelikan sesuatu yang aku inginkan. Tetapi rasa Syukur ku atas Anugrah Tuhan memiliki kedua Orang Tua seperti mereka tak pernah berhenti. Karena mereka masih memiliki sesuatu yang sangat indah untuk hari depanku.

Beranjak besar aku terkadang masih berharap dapat kado saat ultah ku dari teman dan saudara-saudaraku. Dan itu bukan jarang, tetapi seringkali. Dan aku sering mendapat dari mereka. Entah itu untuk sekolah atau apapun.
Itu sedikit tentang masalah kado dan juga ulang tahun.

Ada teman semasa kuliah, teman baikku, bisa dibilang begitu. Banyak teman sebenarnya sudah tau kalau hari itu dia ultah, tetapi kami semua memang sengaja untuk bersikap acuh. Padahal, dari rumah dia sudah berusaha untuk se-perfect mungkin, berpakaian tidak seperti biasa. Kuas-an make up yang terlihat berbeda juga melekat pada wajahnya yang bersih. Dengan mengenakan rok warna pink dan baju senada yang membuat dia terlihat anggun hari itu. Awalnya dia semangat di kampus, hanya saja menjelang siang dia malah terlihat ingin selalu menangis. Akhirnya air matanya tak sanggup dia tahan lagi setelah salah satu teman keluar dari lift dan dengan spontan berteriak “ Oneng, ,haii…met ultah ya sayang”. Dia menangis bukan karena ucapan dari teman yang baru keluar dari lift itu (anak itu ga tau scenario teman2 untuk bikin surprise buat dia), tetapi dia menangis dan bilang “ kok elo semua pada jahat”, ucapan itu terutama untuk aku dan 2 orang temanku disitu, karena kami sangat dekat dengannya “ kok kalian ga pada inget sich ultah gue”. Spontan aja kita langsung ngakak abis, ngucapin dan baru kasih penjelasan ke dia. Padahal sebenernya waktu nya belum tiba untuk itu semua, tetapi karena sedikit ada kesalahan teknis, itu semua terjadi tanpa diperkirakan. Justru selang beberapa saat dia tersipu-sipu. Tetapi jujur, aku dan kedua orang teman lagi merasa paling bersalah, karena telah membuat dia menangis.


29 Januari, tanggal dan bulan itu mungkin setiap tahun akan selalu dia nantikan. Tetapi ini 29 Januari beberapa tahun yang lalu.
Selepas SMA aku tidak pernah lagi mengucapkannya secara langsung, kecuali dengan bantuan alat seluler ataupun pesan singkat dari alat seluler itu, atau mungkin dengan sedikit kiasan menggunakan Teknologi muthakir saat ini, internet. Aku ingat beberapa tahun lalu, aku confuse bikin kado kecil-kecilan buat dia. Karena tempat tinggal kami sekarang sudah berjauhan. Kami sudah berada dikota yang berbeda, yang harus ditempuh lebih dari semalam perjalanan. Pada akhirnya aku meminta pertolongan kawan-kawanku di tempat tinggalku itu untuk membuat pesta kecil-kecilan. Aku sengaja prepare untuk hal itu 3 bulan sebelumnya. Beberapa persiapan itu sempat berantakan terutama mendatangkan orang yang begitu ia cintai dan sayangi waktu itu (rencana itu gagal tepat 1 hari sebelum hari H, orang itu tiba-tiba memutuskan sepihak untuk tidak datang dan mematikan semua alat komunikasinya), tetapi masih ada yang tetap aku pertahankan acaranya, yaitu membawa kue ultah kerumah dia. Mungkin kue ultah adalah hal biasa, tetapi mungkin bisa juga menjadi sesuatu yang tidak biasa bila kita membawanya dengan cara yang tidak biasa pula.

Jujur, waktu itu aku baru saja mengundurkan diri dari tempat kerjaku. Dan uang di tabungan ku sudah menipis untuk biaya kuliah yang juga harus aku bayar bulan itu. Atau aku tidak akan ikut Final Exam. Ini pillihan, tetapi kebahagiaan sahabatku itu pun juga cukup penting buatku. Akhirnya aku mengumpulkan sisa dari uang transport dan makanku yang terkadang harus aku kurangi menjadi 2 kali dalam sehari. Memang harga kue itu tidak seberapa, tetapi kita juga tidak bisa apa-apa kalau tidak ada dana. Meski tak berapa lama setelah pengunduran diriku itu, aku diterima juga di kantor baru sebagai tenaga honorer.

Aku hanya ingin membuat dia bahagia saat hari yang begitu ditunggunya. Yang mungkin bisa dikatakan sacral dalam setahun. Aku lakukan semua itu, karena aku yakin seseorang yang sangat dia tunggu tidak akan datang. Dan setidaknya satu hal yang aku pikirkan saat itu adalah, mencegahnya untuk mengeluarkan air mata sedih, tetapi air mata itu biarkan tetap keluar sebagai air mata bahagia. Itu saja keinginanku, tidak lebih.

Tibalah hari itu, aku seharian prepare dan menanyakan persiapannya kepada kawan-kawan yang memang sudah aku persiapkan untuk kesana. Tepat setelah Adzan Magrib mereka datang beramai-ramai membawa kue dengan mengendarai motor. Aku memang tidak bisa melihat dia secara langsung, hanya saja temanku mengatakan dia cukup surprise. Bahagia ku pun tak mungkin terbayarkan lagi, aku menerima kebahagiaan lebih saat aku mendengar dia bahagia. Ya, bahagia yang menutupi rasa sedih nya karena menunggu seseorang yang tidak pernah datang. Tak lama aku meraih ponsel ku untuk menelpon dia dari seberang. Sengaja aku tidak langsung menghubungi ponsel dia, tetapi lewat perantara temanku yang saat itu sudah berada dirumahnya. Tangis itu tak dapat aku tahan dan diapun juga. Aku lalu bacakan sebuah puisi yang juga memang sudah aku buat sebelumnya. Dan terakhir aku putarkan lagu yang saat itu sangat dia suka, lagu Tunggu Aku di Jakarta dari Sheila On 7 …dan dia diam mendengarkan lewat gelombang signal-signal ponsel itu. Tidak ada yang bisa aku berikan selain itu, selain 2 buah bahu yang akan senantiasa bersedia menjadi sandaran dia saat dia membutuhkan sandaran. Bahu itu aku rasa cukup kuat.

Begitulah adanya, setiap orang selalu berbeda untuk menyikapi dan memandang suatu hal. Ada yang biasa saja seperti hari-hari lain, ada yang mempersiapkan sepenuh hati, ada yang memiliki cara lain untuk membuat sesuatu yang lebih berharga. Begitu pula bagi orang-orang yang di sekitarnya. Banyak dari mereka ingin memberikan sesuatu kepada seseorang yang dikasihinya, yang disayanginya, yang di pedulikannya, dan mungkin yang dicintainya saat hari istimewa-nya. Sesuatu yang sederhana tetapi berkesan, atau sesuatu yang tidak bisa juga dikatakan sederhana karena memang telah dipersiapkan. Tetapi sesuatu itu akan menjadi indah jika dilakukan dengan tulus dan penuh kasih. Dan terkadang mereka tidak pernah tau perjuangan seperti apa yang telah dicapai seseorang dibalik kado atau sekadar kartu ucapan selamat itu. Yang mereka tau adalah wujud dari pemberian itu.

Tetapi disini Dia tetaplah Dia. Dia yang pernah menjadi sahabat ku, Dia yang selalu sedikit menahan tawa bila ada sesuatu yang menggelikan agar tetap terlihat bersahaja, Dia yang memiliki nilai NEM tertinggi saat Sekolah Dasar, Dia yang Cumlaude saat meraih program D3-nya, Dia yang suka sekali dengan makanan soto buatan ibunya, Dia yang memiliki tahi lalat di lengan sebelah kanan, Dia yang selalu sendu, Dia yang hanya memesan Mie Ayam Bakso dengan tambahan es teh manis saja saat buka buka puasa di RM Margorda, Dia yang sempat beberapa bulan bekerja disuatu pusat pertokoan Ibukota, Dia yang pernah menemaniku sarapan pagi dengan nasi rawon di Perempatan jalan, Dia yang senang mengucapkan “Halah, iso ae cah iki”, Dia yang baru bisa mengendarai sepeda motor setelah lebih berusia dari 21 tahun, Dia yang banyak menemani aku dalam hari-hariku dahulu melalui media seluler, Dia yang namanya pernah dipanggil dari information table di suatu pusat pertokoan besar bersama temanku yang lain karena hilang dalam team (hehe, bisa aja), Dia yang pernah kecopetan dompetnya yang berisi 90ribu rupiah dalam bus kota menuju rumah setelah menyelesaikan bimbingan SPMB di kota Malang selepas SMA, Dia yang sangat mengagumi makhluk sempurna bersayap (baca:kupu2), Dia yang suka sekali dengan Pangeran William, Dia yang pengen banget jadi guide di Bali, Dia yang pengen banget ke Bali bareng orang sangat dicintainya untuk melihat sunset, Dia yang sangat egois, Dia yang baru sadar kalau Toga-nya ketinggalan dirumah menjelang keberangkatan ke tempat wisuda, Dia yang seneng banget dengan hal-hal yang berwarna biru, Dia yang memberikan aku sebuah replika angel seusai reuni SMA, Dia yang memiliki tinggi ga lebih dari 160cm, Dia yang pernah suka sama lagu 11 January ( moga signature asli-nya dari GIGI masih disimpen ), dan Dia..dia…dia…

Dan Dia tetaplah dia, Dia yang tak pernah lagi kulihat tawa lepasnya beberapa tahun belakangan ini, Dia yang sepertinya sudah menjaga jarak dari aku (I hope it’s just my feeling), Dia yang telah menjalin kasih dengan sahabatku yang lain (for the sake of God and I Swear, I always support and pray for you and him. We hope you are happy. Unfortunately, you judge me for the first things that I never think about, whatever…I love both of you), Dia….Dia yang setengah mati aku tunggu kedatangannya (although just only message ) saat aku meraih gelar A,md-ku karena aku yakin dia tak mungkin bisa datang, untuk itulah aku sangat berharap ada namanya mengisi pesan singkat ataupun menambah daftar call received di dalam ponsel ku saat aku graduade (but, unfortunately..itu ga terjadi dan sudah tidak mungkin terjadi lagi. Hanya dia yang begitu aku harapkan dan tunggu dari pukul 12 pagi hingga 12 pagi lagi menjelang hari berganti beside my parent and soulmate..just “dia” yang aku tunggu, dan merelakan mataku untuk tetap terjaga hingga hari berganti..itu ga akan ada,,karena short messagge itu datang 10 hari setelah berlalu tepat beberapa saat sebelum adzan Magrib berkumandang. PS : for u, thx for everything..include my tears up that has fallen to only waiting of you), Dia yang pernah aku kecewakan (I dunno, apalagi yang harus aku perbuat. If wordmaaf” tidak akan pernah cukup. But, I’m very2 guilty, and sure I’m wrong…But, I’m not loser). Dia yang sudah tidak terdengar mood lagi untuk bercerita-cerita saat aku telpon dan memilih untuk diam, Dia yang sepertinya sepakat menghampakan kesunyiannya.

Tetapi dia tetaplah dia. Dan hari itu kembali, 29 Januari. Masih tetap aku tidak bisa mengucapkannya secara langsung. Tetapi aku selalu berdoa dan berharap dia selalu berbahagia.

Dan untuk dia, selamat ulang tahun. Semoga kamu selalu berbahagia dengan pilihanmu dan orang-orang yang berada disekitar kamu. Aku bahagia dengan tulus. Semoga rencana kamu tahun ini lancar. I will pray for you. Happy Birthday. Berbahagialah dengan orang-orang yang kamu sayangi, cintai dan ada disekitar kamu. Dan bagilah kebahagiaan itu pada orang-orang yang mencintai, menyayangi dan peduli denganmu. Semoga kamu selalu berbahagia, semoga semua orang juga berbahagia. Amien...

Selasa, 20 Januari 2009

Mencintai Sebatas Punggung



MENCINTAI SEBATAS PUNGGUNG

Tapi disini aku yang paling sedih “ Saya mengetahui apa yang tidak sanggup saya miliki …. “

Aku bertemu dia pertama di suatu gereja tempat tinggalku..aku bertemu dia setelah beberapa tahun warnaku ku meninggal.
Dan aku tidak pernah menyangka bahwa dia adalah hitam.

Aku jatuh cinta pada pandangan kedua, setelah awalnya aku merasa aneh melihat dia, tapi dia beda dengan beberapa rekannya yang bersamaan hengkang dari sekolah yang akan mengantarkannya untuk menjadi seorang Misionaris. Tetapi aku yakin hengkangnya dia bukan karena hal “ negative “, tetapi justru karena banyak hal positif yang membuat dia harus meninggalkan pagar demi pagar dan kelas demi kelas itu.

Diantara beberapa rekannya, hanya “dia’ yang berbeda. Seorang yang halus, tinggi, innocent dan aku tidak tau lagi harus mendeskripsikan dia seperti apa..Karena bagiku dia sangat sederhana..dan kesederhanaan itu yang terlihat menjadi sempurna. Aku telah terperangkap pada sepasang matanya yang sayu, dan wajahnya yang sendu.

Entah kenapa cinta itu datang tanpa aku persilahkan, tapi nyatanya…semakin aku sering melihat dia, semakin aku mencintainya..Awalnya aku menganggap dia seperti bayangan “ warna“ ku yang telah tiada, yang telah bensenda gurau dengan para Rasul dan Malaikat di Surga sana, karena Gegar Otak yang dia alami..Tapi saat itu juga, aku yakin aku tidak salah..aku tidak mencintai dia karena bayangan, tetapi aku mencintai dia karena dia..Aku mulai mencintai dia yang datang tanpa aku sadari..Aku juga tidak tau darimana dan sejak kapan aku mulai mencintai dia. Yang jelas aku talah terjerat dalam bayangan cinta, yang mungkin dia tidak inginkan dariku.

Setiap ada kesempatan aku selalu memperhatikannya, aku selalu mencuri pandang dari jarak yang tidak bisa dikatakan dekat pada dirinya, aku tau dia tidak pernah peduli karena memang pribadinya yang pendiam. Tapi begitu juga dengan aku, aku tidak peduli akan hal itu, mau dia sadar atau tidak.


Aku sering menggoes sepedaku hanya untuk melihat sekelebat sosok dia dari jauh di tempat kos2annya..Tidak jarang aku selalu duduk lebih belakang dari dia di dalam gereja, untuk bisa selalu memperhatikan setiap lekuk udara yang menyelimutinya. Aku terlalu bahagia jika sudah melihatnya, meski dari jarak yang tidak kurang dari 1 kilo jauhnya. Itu bahagia, itu adalah Karunia..Aku tidak pernah berharap lebih saat itu, justru karena aku takut, entah takut karena apa. Aku sering menghabiskan waktu berjam2 (mungkin bagi orang lain itu adalah hal yang percuma, tapi bagiku itu sangat berharga)dirumah sahabatku, hanya untuk bisa melihat dia keluar dari rumah kosnya, meski hanya untuk menjemur handuk saja dan kembali masuk tanpa peduli ada seseorang yang teramat sangat memperhatikannya dan menunggunya keluar dari tempat itu..meski hanya sedetik, Apa itu terlalu berlebihan??. Dan setelah itu kebahagiaan dan aku merasa PUAS! Telah melihatnya. ( dalam HANYA ISYARAT ; Itulah saja cara yang bisa Untuk menghayatimu, untuk mencintaimu )

Pernah sobatku itu hingga menitikkan air mata dengan cintaku yang katanya tidak masuk akal. Karena dia orang yang pertama tau bagaimana “gila“ nya aku dengan perasaanku itu. Dia terkadang tidak tega, karena lelaki itu juga ia kenal baik, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena aku larang.
Justru aku takut dan mati gaya jika aku harus berhadapan dengannya.

Suatu hari Minggu pernah aku berjalan bersama dengan dia sepulang dari gereja, karena sahabatku yang dekat dia meminta dia untuk menemani aku pulang.

Aku berjalan beriringan dengan dia menyusuri taman kota di daerah itu. Demi Tuhan, aku tak bisa mengontrol perasaanku…Aku benar-benar yakin, yakin seyakin yakinnya yakin, bahwa aku telah mencintainya, aku sangat mencintainya..hingga pada akhirnya beberapa bulan lewat, waktu memisahkan karena alasan studi, bukan alasan yang dipaksakan, tetapi memang begitu adanya. Dan itu hanya terjadi sekali dalam hidupku,,,bahagia yang terasa menyengat hanya dalam hitungan menit saja..Aku berjalan bersamanya, berdua..hanya waktu itu saja…sebelum dia terhanyut dalam ketidakpeduliannya.

Aku tidak bisa lagi “menikmatinya“ meski hanya sebatas bayangan saja. Aku “gila“ dan aku selalu mengagumi sesosok manusia karena aku melihat kemiripan dari sosok manusia itu dengan dirinya…dengan bayangannya tepatnya.

Dan pada akhirnya, bukan hanya sekali-dua kali aku malah kecewa..karena sosok – sosok itu bukan “dia“. Dia cukup sempurna untuk dibandingkan, dan bagi seluruh hembusan nafasku…dia adalah dia…Dia yang tidak akan pernah terganti…Dia sesosok yang sangat teramat aku sayangi, kasihi dan cintai. Hanya dia dan bukan yang lain. (I hope this feeling can be quickly passed, because I am sure, he has found the soulmate)


Hari demi hari, aku memang tidak pernah akrab dari awal…mungkin dia tidak pernah tau apa yang aku rasakan…meledaknya cinta ini.

Mungkin di daerah lain, dia tidak pernah lagi ingat akan aku. Sedangkan disini aku terlanjur cinta mati dengan dia. Aku sangat mencintainya ( untuk itulah saat pertama aku mendengar lagu Malaikat Juga Tau, dari Internet sebelum di Layar gelas…dadaku pernah menyesak untuk mendengarnya…di radio di dalam kamarku..aku bahkan tak sungkan2 lagi dengan segala isi yang ada disana untuk meneteskan air mata à Kupercaya diri, cintakulah yang sejati…….Namun kasih ini, silakan diadu, Malaikat juga tau..Siapa yang jadi juaranya?? -- untuk ini, mungkin bukan hanya malaikat saja yang tau, bahkan setan pun aku yakin enggan mengganggu rasa ini.

Terkadang aku tidak sadar dan tidak tau ada cinta yang lain dari mereka yang sebenarnya tulus, tetapi aku terlalu tidak peduli,, karena kemaren-kemaren yang aku tau, cinta itu adalah dia. Karena sampai sekarang pun aku yakin, ga ada wanita yang dilahirkan untuk mencintai dia sebesar cinta aku ke dia..karena aku yakin aku gak salah, cinta gak pernah salah…hanya mungkin terkadang waktunya yang tidak tepat. Tapi sampai kapan pun, aku takkan pernah bisa memiliki dia…Dia hanya kumiliki dalam khayalan dan asa serta angan ku saja..karena sejak awal, dengan melihat punggung nya saja, aku sudah terlampau bahagia, saat aku yakin aku tidak pernah bisa memilikinya, aku tak pernah berharap dia memalingkan wajahnya untuk aku lihat, karena aku sangat yakin…jika dia sampai memalingkan wajahnya untuk aku lihat,,mungkin itu adalah sakit yang luar biasa hingga saat ini…….karena berarti aku harus terperangkap lagi dalam mata yang sayu dan wajah yang sendu.

Terkadang aku menangis dalam sepi ku ;

God, kenapa Engkau pertemukan aku hanya untuk membuatku sakit dan nelangsa “

“ Tuhan, aku bertemu dia di tempat yang baik, aku mohon akhirilah dengan baik “

“ Ya Allah, Untuk apa rasa cinta ini membara hanya dalam diriku….tidak pula padanya. Tapi aku merasa ini cukup adil “

( dalam HANYA ISYARAT : Sesaat dunia jadi tiada. Hanya diriku yang mengamatimu. Dan dirimu yang jauh disana. Ku takkan bisa lindungi hati. Jangan pernah kau tatapkan wajahmu…Bantulah aku semampumu )

Pernah aku memiliki perasaan yang jahat, saat aku berharap dia harus menjadi milikku dan jika tidak aku memohon agar tidak satupun juga yang bisa memiliki dia…tapi pada akhirnya aku sadar…aku mencintainya dengan tulus dalam hidupku, maka aku ingin dia bahagia melebihi kebahagiaan siapapun di Alam Raya ini. Hanya itu yang bisa aku berikan pada dia…Doa dengan segala Cintaku….

Aku mencintai dia yang ternyata “ hitam


Masih ada beberapa temanku yang sering tidak tega dengan cintaku yang kata mereka “patamorgana“. Dan ada sahabatku yang gak pernah menyangka bahwa aku dulu ternyata serius dengan perasaan ku. Karena ini sudah hampir lewat 7 atau 8 tahun yang lalu…tetapi aku tetap “gila“ untuk cintanya…Dia berpikir dengan berjalannya waktu aku akan lupa dan seolah ga pernah mengenal dia…tapi mereka semua salah…

Mungkin suatu hari cintaku bisa berkurang untuknya dengan hadirnya sosok yang tepat (now, only that I hope from the God, tidak seperti sebelum2 nya…tapi Demi Tuhan, untuk melupakan apalagi membuat cinta itu menjadi benar-benar hilang adalah Mustahil bagiku dan bagi siapapun yang memaksaku…mungkin Bagi Malaikat juga tidak akan pernah mampu melakukannya untuk diriku.) Rasa itu pernah ada..jadi ga mungkin kita akan bilang ga pernah ada.

Saya mengetahui apa yang tidak sanggup saya miliki..”

Meski dari awal aku tau, aku mencintainya…aku menyayanginya, aku mengasihinya…dan sebenarnya juga dari awal aku juga tau bahwa aku tidak sanggup untuk bisa memiliki….itu adalah sakit yang menyengat, tapi itu juga kebahagiaan dan Anugerah.

Dia yang hanya bisa kuhayati bayangannya, tanpa bisa kumiliki keutuhannya. Dia yang seperti Pafamorgana dari jauh begitu indah, padahal sebenarnya hanya bayangan indah saja. Dia yang seperti kilat petir, yang hilang sebelum sempat aku pegang. Dia yang seperti ombak, saat aku berusaha mendekat, ombak itu telah habis masa nya di tepian….

Pernah dari sekian cerita ke teman, aku memiliki seorang kawan di Kampus ( sekarang dia adalah vokalis salah satu group band tanah air )…kita saling curhat dan karena apa yang aku alami, sedikit banyak dia juga alami….seperti lagu yang mungkin secepatnya akan keluar di Pasaran. Yang aku ga nyangka, dia pernah saat tour show Band-nya …dia meneriakkan nama hitam ku “ diatas panggung…hanya untuk mencarinya untukku. Bahkan karena sedikit tak tega, dia juga pernah hampir mencari “ hitam ku “ di kampusnya…Aku bahkan ga pernah berpikir dia akan senekat itu untuk membantu aku, hanya untuk sekedar bertemu dengan “hitam ku“ dan mengatakan “ ada seseorang disana mencintaimu”.

Finally, suatu saat aku yakin akan bertemu dengan seseorang yang memang tepat untukku serta tulus, dan aku akan mencintai dia, setidaknya sama dengan atau bahkan lebih seperti rasa yang pernah aku miliki untuk hitam itu… Dan dia bukan hitam..

--- Rasa itu muncul dan kutahan.

Kulukis dalam angan saat senja

Tetapi, ternyata dia adalah hitam

Sesosok yang tak pernah bisa kugenggam

Dan aku telah terperangkap pada sepasang mata yang sayu

Wajah yang sendu…tapi aku bahagia, karena duniaku ada didalamnya

Aku terkadang lelah dalam balutan asa

Punggung itu yang selalu kuingat

Dia yang adalah hitam

Dalam tiap doa, ada namanya

Tapi dia tetaplah hitam

Mungkin, memang bukan dia warnaku

Karena sulit untuk kurengkuh, dalam kalbuku

Apakah ada warna lain yang memiliki hitam ku

Atau rasa ini hanya karena ego ku sendiri ?

Ada satu tulisan dari Elisabeth Barnet B :

I love you not only for what you are

But for what I am when iam with you

I love You not only for what you have made of yourself,

But for what you are making of me

I love you for the part of me that you bring out.



- dean -


diilhami dari pribadi dan Rectoverso "dee lestari"